Assalamaualaikum...wr...wb...
Undangan kepada Alumni dan Mahasiswa Muslim Departemen Ilmu FMIPA USU pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 28 Agustus 2010
Pukul : 16.15 WIB - Selesai
Tempat : Palaran Kampus Departemen Ilmu Komputer USU
Diharapkan kehadiran Abangda, Kakanda, Akhi, Ukhti pada Buka Bersama Asic Silaturahmi Versi Ramadhan (BASIC-SILVER) tersebut.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh :
BKM AL-Khuwarizmi Departemen Ilmu Komputer USU
Dengan Panitia Pelaksana ;
Mahasiswa Baru Muslim Departemen Ilmu Komputer USU Angkatan 2010
Wasalamualaikum wr wb...
Rabu, 25 Agustus 2010
Minggu, 22 Agustus 2010
19 Tanda Gagal Ramadhan
19 Tanda Gagal Ramadhan
Di bulan Ramadhan, pintu neraka ditutup dan pintu syurga dibuka
lebar-lebar. Namun banyak orang gagal mendapatkan kemuliaannya. Di
bawah ini kiat-Kiat menghindarinya gagalnya Ramadhan
1. Kurang melakukan persiapan di bulan Sya¹ban.
Misalnya, tidak tumbuh keinginan melatih bangun malam dengan shalat
tahajjud. Begitupun tidak melakukan puasa sunnah Sya¹ban,
sebagaimana telah disunnahkan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
sallam. Dalam hadits Bukhari dan Muslim, dari Aisyah Radhiallaahu
anha berkata,
²Saya tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh selain
di bulan Ramadhan, dan saya tidak pernah melihat beliau banyak
berpuasa selain di bulan Sya¹ban.²
2. Gampang mengulur shalat fardhu.
³Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-
nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka
akan menemui kesesatan kecuali orang-orang yang bertaubat dan
beramal shalih.² (Maryam: 59)
Menurut Sa¹id bin Musayyab, yang dimaksud dengan tarkush-shalat
(meninggalkan shalat) ialah tidak segera mendirikan shalat tepat
pada waktunya. Misalnya menjalankan shalat zhuhur menjelang waktu
ashar, ashar menjelang maghrib, shalat maghrib menjelang isya,
shalat isya menjelang waktu subuh serta tidak segera shalat subuh
hingga terbit matahari. Orang yang bershiyam Ramadhan sangat
disiplin menjaga waktu shalat, karena nilainya setara dengan 70 kali
shalat fardhu di bulan lain.
3. Malas menjalankan ibadah-ibadah sunnah.
Termasuk di dalamnya menjalankan ibadah shalatul-lail. Mendekatkan
diri kepada Allah dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah merupakan
ciri orang yang shalih.
³ Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang bersegera dalam
mengerjakan perbuatan-perbuatan baik dan mereka berdoa kepada Kami
dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu¹
kepada Kami.² (Al-Anbiya:90)
³Dan hamba-Ku masih mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah
sunnah, sampai Aku mencintainya.² (Hadits Qudsi)
4. Kikir dan rakus pada harta benda.
Takut rugi jika mengeluarkan banyak infaq dan shadaqah adalah
tandanya. Salah satu sasaran utama shiyam agar manusia mampu
mengendalikan sifat rakus pada makan minum maupun pada harta benda,
karena ia termasuk sifat kehewanan (Bahimiyah). Cinta dunia serta
gelimang kemewahan hidup sering membuat manusia lupa akan tujuan
hidup sesungguhnya.
Mendekat kepada Allah Subhaanahu wa ta¹ala, akan menguatkan sifat
utama kemanusiaan (Insaniyah).
5. Malas membaca Al-Qur¹an.
Ramadhan juga disebut Syahrul Qur¹an, bulan yang di dalamnya
diturunkan Al-Qur¹an. Orang-orang shalih di masa lalu menghabiskan
waktunya baik siang maupun malam Ramadhan untuk membaca Al-Qur¹an.
³Ibadah ummatku yang paling utama adalah pembacaan Al-Qur¹an.² (HR
Baihaqi)
Ramadhan adalah saat yang tepat untuk menimba dan menggali sebanyak
mungkin kemuliaan Al-Qur¹an sebagai petunjuk hidup. Kebiasaan baik
ini harus nampak berlanjut setelah Ramadhan pergi, sebagai tanda
keberhasilan latihan di bulan suci.
6. Mudah mengumbar amarah.
Ramadhan adalah bulan kekuatan. Nabi Saw bersabda: ³Orang kuat
bukanlah orang yang selalu menang ketika berkelahi. Tapi orang yang
kuat adalah orang yang bisa menguasai diri ketika marah.²
Dalam hadits lain beliau bersabda: "Puasa itu perisai diri, apabila
salah seorang dari kamu berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan
jangan membodohkan diri. Jika ada seseorang memerangimu atau
mengumpatmu, maka katakanlah sesesungguhnya saya sedang berpuasa.²
(HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
7. Gemar bicara sia-sia dan dusta.
"Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta perbuatan Az-Zur,
maka Allah tidak membutuhkan perbuatan orang yang tidak bersopan
santun, maka tiada hajat bagi Allah padahal dia meninggalkan makan
dan minumnya." (HR Bukhari dari Abu Hurairah)
Kesempatan Ramadhan adalah peluang bagi kita untuk mengatur dan
melatih lidah supaya senantiasa berkata yang baik-baik. Umar ibn
Khattab Ra berkata: ³Puasa ini bukanlah hanya menahan diri dari
makan dan minum saja, akan tetapi juga dari dusta, dari perbuatan
yang salah dan tutur kata yang sia-sia.² (Al Muhalla VI: 178) Ciri
orang gagal memetik buah Ramadhan kerap berkata di belakang hatinya.
Kalimat-kalimatnya tidak ditimbang secara masak: ³Bicara dulu baru
berpikir, bukan sebaliknya, berpikir dulu, disaring, baru
diucapkan.²
8. Memutuskan tali silaturrahim.
Ketika menyambut datangnya Ramadhan Rasulullah Saw bersabda:
³SBarangsiapa menyambung tali persaudaraan (silaturrahim) di bulan
ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya. Barang siapa
memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-
Nya pada hari ia berjumpa dengan-NyaS² Puasa mendidik pribadi-
pribadi untuk menumbuhkan jiwa kasih sayang dan tali cinta.
Pelaku shiyam jiwanya dibersihkan dari kekerasan hati dan
kesombongan, diganti dengan perangai yang lembut, halus dan tawadhu.
Apabila ada atau tidak adanya Ramadhan tidak memperkuat hubungan
kekeluargaan dan persaudaraan, itu tanda kegagalan.
9. Menyia-nyiakan waktu.
Al-Qur¹an mendokumentasikan dialog Allah Swt dengan orang-orang yang
menghabiskan waktu mereka untuk bermain-main.
³Allah bertanya: "Berapa tahunkan lamanya kamu tinggal di bumi?¹
Mereka menjawab: "Kami tinggal di bumi sehari atau setengah hari.
maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.¹
Allah berfirman: 'Kamu tidak tingal di bumi melainkan sebentar saja,
kalau kamu sesungguhnya mengetahui. "Maka apakah kamu mengira
sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan kamu
tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja
Yang sebenarnya; tidak Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Tuhan
yang mempunyai OArsy yang mulia.² (Al-Mu¹minun: 112-116)
Termasuk gagal dalam ber-Ramadhan orang yang lalai atas karunia
waktu dengan melakukan perbuatan sia-sia, kemaksiatan, dan hura-
hura. Disiplin waktu selama Ramadhan semestinya membekas kuat dalam
bentuk cinta ketertiban dan keteraturan.
10. Labil dalam menjalani hidup.
Labil alias perasaan gamang, khawatir, risau, serta gelisah dalam
menjalani hidup juga tanda gagal Ramadhan. Pesan Rasulullah Saw:
'Sesungguhnya telah datang bulan Ramadhan yang penuh berkah. Allah
telah memfardhukan atas kamu berpuasa di dalamnya. Dibuka semua
pintu surga, dikunci semua pintu neraka dan dibelenggu segala
syetan. Di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu
bulan. Barangsiapa tiada diberikan kebajikan malam itu, maka sungguh
tidak diberikan kebajikan atasnya.² (HR Ahmad, Nasa¹i, Baihaqi dari
Abu Hurairah)
Bila seseorang meraih berkah bulan suci ini, jiwanya mantap, hatinya
tenteram, perasaannya tenang dalam menghadapi keadaan apapun.
11. Tidak bersemangat mensyiarkan Islam.
Salah satu ciri utama alumnus Ramadhan yang berhasil ialah tingkat
taqwa yang meroket. Dan setiap orang yang ketaqwaannya semakin kuat
ialah semangat mensyiarkan Islam. Berbagai kegiatan amar ma¹ruf
nahiy munkar dilakukannya, karena ia ingin sebanyak mungkin orang
merasakan kelezatan iman sebagaimana dirinya. Jika semangat ini tak
ada, gagal lah Ramadhan seseorang.
12. Khianat terhadap amanah.
Shiyam adalah amanah Allah yang harus dipelihara (dikerjakan) dan
selanjutnya dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya kelak.
Shiyam itu ibarat utang yang harus ditunaikan secara rahasia kepada
Allah. Orang yang terbiasa memenuhi amanah dalam ibadah sir
(rahasia) tentu akan lebih menepati amanahnya terhadap orang lain,
baik yang bersifat rahasia maupun yang nyata. Sebaliknya orang yang
gagal Ramadhan mudah mengkhianati amanah, baik dari Allah maupun
dari manusia.
13. Rendah motivasi hidup berjama¹ah.
Frekuensi shalat berjama¹ah di masjid meningkat tajam selama
Ramadhan. Selain itu, lapar dan haus menajamkan jiwa sosial dan
empati terhadap kesusahan sesama manusia, khususnya sesama Muslim.
Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang berjuang secara berjama¹ah,
yang saling menguatkan.
³Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-
Nya dalam saatu barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti
bangunan yang tersusun kokoh.² (Ash-Shaf: 4)
Ramadhan seharusnya menguatkan motivasi untuk hidup berjama¹ah.
14. Tinggi ketergantungannya pada makhluk.
Hawa nafsu dan syahwat yang digembleng habis-habisan selama bulan
Ramadhan merupakan pintu utama ketergantungan manusia pada sesama
makhluk. Jika jiwa seseorang berhasil merdeka dari kedua mitra
syetan itu setelah Ramadhan, maka yang mengendalikan dirinya adalah
fikrah dan akhlaq. Orang yang tunduk dan taat kepada Allah lebih
mulia dari mereka yang tunduk kepada makhluk.
15. Malas membela dan menegakkan kebenaran.
Sejumlah peperangan dilakukan kaum Muslimin melawan tentara-tentara
kafir berlangsung di bulan Ramadhan. Kemenangan Badar yang
spektakuler itu dan penaklukan Makkah (Futuh Makkah) terjadi di
bulan Ramadhan. Di tengah gelombang kebathilan dan kemungkaran yang
semakin berani unjuk gigi, para alumni akademi Ramadhan seharusnya
semakin gigih dan strategis dalam membela dan menegakkan kebenaran.
Jika bulan suci ini tidak memberi bekal perjuangan baru yang
bernilai spektakuler, maka kemungkinan besar ia telah meninggalkan
kita sebagai pecundang.
16. Tidak mencintai kaum dhuafa.
Syahru Rahmah, Bulan Kasih Sayang adalah nama lain Ramadhan, karena
di bulan ini Allah melimpahi hamba-hamba-Nya dengan kasih sayang
ekstra. Shiyam Ramadhan menanam benih kasih sayang terhadap orang-
orang yang paling lemah di kalangan masyarakat. Faqir miskin, anak-
anak yatim dan mereka yang hidup dalam kemelaratan. Rasa cinta kita
terhadap mereka seharusnya bertambah. Jika cinta jenis ini tidak
bertambah sesudah bulan suci ini, berarti Anda perlu segera
instrospeksi.
17. Salah dalam memaknai akhir Ramadhan.
Khalifah Umar ibn Abdul Aziz memerintahkan seluruh rakyatnya supaya
mengakhiri puasa dengan memperbanyak istighfar dan memberikan
sadaqah, karena istighfar dan sadaqah dapat menambal yang robek-
robek atau yang pecah-pecah dari puasa. Menginjak hari-hari
berlalunya Ramadhan, mestinya kita semakin sering melakukan
muhasabah (introspeksi) diri.
³Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.² (Al-Hasyr: 18)
18. Sibuk mempersiapkan Lebaran.
Kebanyakan orang semakin disibukkan oleh urusan lahir dan logistik
menjelah Iedul Fitri. Banyak yang lupa bahwa 10 malam terakhir
merupakan saat-saat genting yang menentukan nilai akhir kita di mata
Allah dalam bulan mulia ini. Menjadi pemenang sejati atau pecundang
sejati.
Konsentrasi pikiran telah bergeser dari semangat beribadah, kepada
luapan kesenangan merayakan Idul Fitri dengan berbagai kegiatan,
akibatnya lupa seharusnya sedih akan berpisah dengan bulan mulia
ini.
19. Idul Fitri dianggap hari kebebasan.
Secara harfiah makna Idul Fitri berarti ³hari kembali ke fitrah².
Namun kebanyakan orang memandang Iedul Fitri laksana hari
dibebaskannya mereka dari ³penjara² Ramadhan. Akibatnya, hanya
beberapa saat setelah Ramadhan meninggalkannya, ucapan dan
tindakannya kembali cenderung tak terkendali, syahwat dan birahi
diumbar sebanyak-banyaknya. Mereka lupa bahwa Iedul Fitri seharusnya
menjadi hari di mana tekad baru dipancangkan untuk menjalankan peran
khalifah dan abdi Allah secara lebih profesional.
Kesadaran penuh akan kehidupan dunia yang berdimensi akhirat harus
berada pada puncaknya saat Iedul Fitri, dan bukan sebaliknya
sumber :www.suzuki-thunder.net/edisi-spesial-ramadhan-f72/puasa-makna-dan-fadhilah-ramadhan-t2236.htm
Di bulan Ramadhan, pintu neraka ditutup dan pintu syurga dibuka
lebar-lebar. Namun banyak orang gagal mendapatkan kemuliaannya. Di
bawah ini kiat-Kiat menghindarinya gagalnya Ramadhan
1. Kurang melakukan persiapan di bulan Sya¹ban.
Misalnya, tidak tumbuh keinginan melatih bangun malam dengan shalat
tahajjud. Begitupun tidak melakukan puasa sunnah Sya¹ban,
sebagaimana telah disunnahkan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
sallam. Dalam hadits Bukhari dan Muslim, dari Aisyah Radhiallaahu
anha berkata,
²Saya tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh selain
di bulan Ramadhan, dan saya tidak pernah melihat beliau banyak
berpuasa selain di bulan Sya¹ban.²
2. Gampang mengulur shalat fardhu.
³Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-
nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka
akan menemui kesesatan kecuali orang-orang yang bertaubat dan
beramal shalih.² (Maryam: 59)
Menurut Sa¹id bin Musayyab, yang dimaksud dengan tarkush-shalat
(meninggalkan shalat) ialah tidak segera mendirikan shalat tepat
pada waktunya. Misalnya menjalankan shalat zhuhur menjelang waktu
ashar, ashar menjelang maghrib, shalat maghrib menjelang isya,
shalat isya menjelang waktu subuh serta tidak segera shalat subuh
hingga terbit matahari. Orang yang bershiyam Ramadhan sangat
disiplin menjaga waktu shalat, karena nilainya setara dengan 70 kali
shalat fardhu di bulan lain.
3. Malas menjalankan ibadah-ibadah sunnah.
Termasuk di dalamnya menjalankan ibadah shalatul-lail. Mendekatkan
diri kepada Allah dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah merupakan
ciri orang yang shalih.
³ Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang bersegera dalam
mengerjakan perbuatan-perbuatan baik dan mereka berdoa kepada Kami
dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu¹
kepada Kami.² (Al-Anbiya:90)
³Dan hamba-Ku masih mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah
sunnah, sampai Aku mencintainya.² (Hadits Qudsi)
4. Kikir dan rakus pada harta benda.
Takut rugi jika mengeluarkan banyak infaq dan shadaqah adalah
tandanya. Salah satu sasaran utama shiyam agar manusia mampu
mengendalikan sifat rakus pada makan minum maupun pada harta benda,
karena ia termasuk sifat kehewanan (Bahimiyah). Cinta dunia serta
gelimang kemewahan hidup sering membuat manusia lupa akan tujuan
hidup sesungguhnya.
Mendekat kepada Allah Subhaanahu wa ta¹ala, akan menguatkan sifat
utama kemanusiaan (Insaniyah).
5. Malas membaca Al-Qur¹an.
Ramadhan juga disebut Syahrul Qur¹an, bulan yang di dalamnya
diturunkan Al-Qur¹an. Orang-orang shalih di masa lalu menghabiskan
waktunya baik siang maupun malam Ramadhan untuk membaca Al-Qur¹an.
³Ibadah ummatku yang paling utama adalah pembacaan Al-Qur¹an.² (HR
Baihaqi)
Ramadhan adalah saat yang tepat untuk menimba dan menggali sebanyak
mungkin kemuliaan Al-Qur¹an sebagai petunjuk hidup. Kebiasaan baik
ini harus nampak berlanjut setelah Ramadhan pergi, sebagai tanda
keberhasilan latihan di bulan suci.
6. Mudah mengumbar amarah.
Ramadhan adalah bulan kekuatan. Nabi Saw bersabda: ³Orang kuat
bukanlah orang yang selalu menang ketika berkelahi. Tapi orang yang
kuat adalah orang yang bisa menguasai diri ketika marah.²
Dalam hadits lain beliau bersabda: "Puasa itu perisai diri, apabila
salah seorang dari kamu berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan
jangan membodohkan diri. Jika ada seseorang memerangimu atau
mengumpatmu, maka katakanlah sesesungguhnya saya sedang berpuasa.²
(HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
7. Gemar bicara sia-sia dan dusta.
"Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta perbuatan Az-Zur,
maka Allah tidak membutuhkan perbuatan orang yang tidak bersopan
santun, maka tiada hajat bagi Allah padahal dia meninggalkan makan
dan minumnya." (HR Bukhari dari Abu Hurairah)
Kesempatan Ramadhan adalah peluang bagi kita untuk mengatur dan
melatih lidah supaya senantiasa berkata yang baik-baik. Umar ibn
Khattab Ra berkata: ³Puasa ini bukanlah hanya menahan diri dari
makan dan minum saja, akan tetapi juga dari dusta, dari perbuatan
yang salah dan tutur kata yang sia-sia.² (Al Muhalla VI: 178) Ciri
orang gagal memetik buah Ramadhan kerap berkata di belakang hatinya.
Kalimat-kalimatnya tidak ditimbang secara masak: ³Bicara dulu baru
berpikir, bukan sebaliknya, berpikir dulu, disaring, baru
diucapkan.²
8. Memutuskan tali silaturrahim.
Ketika menyambut datangnya Ramadhan Rasulullah Saw bersabda:
³SBarangsiapa menyambung tali persaudaraan (silaturrahim) di bulan
ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya. Barang siapa
memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-
Nya pada hari ia berjumpa dengan-NyaS² Puasa mendidik pribadi-
pribadi untuk menumbuhkan jiwa kasih sayang dan tali cinta.
Pelaku shiyam jiwanya dibersihkan dari kekerasan hati dan
kesombongan, diganti dengan perangai yang lembut, halus dan tawadhu.
Apabila ada atau tidak adanya Ramadhan tidak memperkuat hubungan
kekeluargaan dan persaudaraan, itu tanda kegagalan.
9. Menyia-nyiakan waktu.
Al-Qur¹an mendokumentasikan dialog Allah Swt dengan orang-orang yang
menghabiskan waktu mereka untuk bermain-main.
³Allah bertanya: "Berapa tahunkan lamanya kamu tinggal di bumi?¹
Mereka menjawab: "Kami tinggal di bumi sehari atau setengah hari.
maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.¹
Allah berfirman: 'Kamu tidak tingal di bumi melainkan sebentar saja,
kalau kamu sesungguhnya mengetahui. "Maka apakah kamu mengira
sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan kamu
tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja
Yang sebenarnya; tidak Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Tuhan
yang mempunyai OArsy yang mulia.² (Al-Mu¹minun: 112-116)
Termasuk gagal dalam ber-Ramadhan orang yang lalai atas karunia
waktu dengan melakukan perbuatan sia-sia, kemaksiatan, dan hura-
hura. Disiplin waktu selama Ramadhan semestinya membekas kuat dalam
bentuk cinta ketertiban dan keteraturan.
10. Labil dalam menjalani hidup.
Labil alias perasaan gamang, khawatir, risau, serta gelisah dalam
menjalani hidup juga tanda gagal Ramadhan. Pesan Rasulullah Saw:
'Sesungguhnya telah datang bulan Ramadhan yang penuh berkah. Allah
telah memfardhukan atas kamu berpuasa di dalamnya. Dibuka semua
pintu surga, dikunci semua pintu neraka dan dibelenggu segala
syetan. Di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu
bulan. Barangsiapa tiada diberikan kebajikan malam itu, maka sungguh
tidak diberikan kebajikan atasnya.² (HR Ahmad, Nasa¹i, Baihaqi dari
Abu Hurairah)
Bila seseorang meraih berkah bulan suci ini, jiwanya mantap, hatinya
tenteram, perasaannya tenang dalam menghadapi keadaan apapun.
11. Tidak bersemangat mensyiarkan Islam.
Salah satu ciri utama alumnus Ramadhan yang berhasil ialah tingkat
taqwa yang meroket. Dan setiap orang yang ketaqwaannya semakin kuat
ialah semangat mensyiarkan Islam. Berbagai kegiatan amar ma¹ruf
nahiy munkar dilakukannya, karena ia ingin sebanyak mungkin orang
merasakan kelezatan iman sebagaimana dirinya. Jika semangat ini tak
ada, gagal lah Ramadhan seseorang.
12. Khianat terhadap amanah.
Shiyam adalah amanah Allah yang harus dipelihara (dikerjakan) dan
selanjutnya dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya kelak.
Shiyam itu ibarat utang yang harus ditunaikan secara rahasia kepada
Allah. Orang yang terbiasa memenuhi amanah dalam ibadah sir
(rahasia) tentu akan lebih menepati amanahnya terhadap orang lain,
baik yang bersifat rahasia maupun yang nyata. Sebaliknya orang yang
gagal Ramadhan mudah mengkhianati amanah, baik dari Allah maupun
dari manusia.
13. Rendah motivasi hidup berjama¹ah.
Frekuensi shalat berjama¹ah di masjid meningkat tajam selama
Ramadhan. Selain itu, lapar dan haus menajamkan jiwa sosial dan
empati terhadap kesusahan sesama manusia, khususnya sesama Muslim.
Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang berjuang secara berjama¹ah,
yang saling menguatkan.
³Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-
Nya dalam saatu barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti
bangunan yang tersusun kokoh.² (Ash-Shaf: 4)
Ramadhan seharusnya menguatkan motivasi untuk hidup berjama¹ah.
14. Tinggi ketergantungannya pada makhluk.
Hawa nafsu dan syahwat yang digembleng habis-habisan selama bulan
Ramadhan merupakan pintu utama ketergantungan manusia pada sesama
makhluk. Jika jiwa seseorang berhasil merdeka dari kedua mitra
syetan itu setelah Ramadhan, maka yang mengendalikan dirinya adalah
fikrah dan akhlaq. Orang yang tunduk dan taat kepada Allah lebih
mulia dari mereka yang tunduk kepada makhluk.
15. Malas membela dan menegakkan kebenaran.
Sejumlah peperangan dilakukan kaum Muslimin melawan tentara-tentara
kafir berlangsung di bulan Ramadhan. Kemenangan Badar yang
spektakuler itu dan penaklukan Makkah (Futuh Makkah) terjadi di
bulan Ramadhan. Di tengah gelombang kebathilan dan kemungkaran yang
semakin berani unjuk gigi, para alumni akademi Ramadhan seharusnya
semakin gigih dan strategis dalam membela dan menegakkan kebenaran.
Jika bulan suci ini tidak memberi bekal perjuangan baru yang
bernilai spektakuler, maka kemungkinan besar ia telah meninggalkan
kita sebagai pecundang.
16. Tidak mencintai kaum dhuafa.
Syahru Rahmah, Bulan Kasih Sayang adalah nama lain Ramadhan, karena
di bulan ini Allah melimpahi hamba-hamba-Nya dengan kasih sayang
ekstra. Shiyam Ramadhan menanam benih kasih sayang terhadap orang-
orang yang paling lemah di kalangan masyarakat. Faqir miskin, anak-
anak yatim dan mereka yang hidup dalam kemelaratan. Rasa cinta kita
terhadap mereka seharusnya bertambah. Jika cinta jenis ini tidak
bertambah sesudah bulan suci ini, berarti Anda perlu segera
instrospeksi.
17. Salah dalam memaknai akhir Ramadhan.
Khalifah Umar ibn Abdul Aziz memerintahkan seluruh rakyatnya supaya
mengakhiri puasa dengan memperbanyak istighfar dan memberikan
sadaqah, karena istighfar dan sadaqah dapat menambal yang robek-
robek atau yang pecah-pecah dari puasa. Menginjak hari-hari
berlalunya Ramadhan, mestinya kita semakin sering melakukan
muhasabah (introspeksi) diri.
³Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.² (Al-Hasyr: 18)
18. Sibuk mempersiapkan Lebaran.
Kebanyakan orang semakin disibukkan oleh urusan lahir dan logistik
menjelah Iedul Fitri. Banyak yang lupa bahwa 10 malam terakhir
merupakan saat-saat genting yang menentukan nilai akhir kita di mata
Allah dalam bulan mulia ini. Menjadi pemenang sejati atau pecundang
sejati.
Konsentrasi pikiran telah bergeser dari semangat beribadah, kepada
luapan kesenangan merayakan Idul Fitri dengan berbagai kegiatan,
akibatnya lupa seharusnya sedih akan berpisah dengan bulan mulia
ini.
19. Idul Fitri dianggap hari kebebasan.
Secara harfiah makna Idul Fitri berarti ³hari kembali ke fitrah².
Namun kebanyakan orang memandang Iedul Fitri laksana hari
dibebaskannya mereka dari ³penjara² Ramadhan. Akibatnya, hanya
beberapa saat setelah Ramadhan meninggalkannya, ucapan dan
tindakannya kembali cenderung tak terkendali, syahwat dan birahi
diumbar sebanyak-banyaknya. Mereka lupa bahwa Iedul Fitri seharusnya
menjadi hari di mana tekad baru dipancangkan untuk menjalankan peran
khalifah dan abdi Allah secara lebih profesional.
Kesadaran penuh akan kehidupan dunia yang berdimensi akhirat harus
berada pada puncaknya saat Iedul Fitri, dan bukan sebaliknya
sumber :www.suzuki-thunder.net/edisi-spesial-ramadhan-f72/puasa-makna-dan-fadhilah-ramadhan-t2236.htm
Rabu, 18 Agustus 2010
Tausyiah Bersama Ustad Drs. Azhari Akmal Tarigan, M.Ag
Assalamualaikum wr wb.
Marhaban Yaa Ramadhan,
dalam menyambut bulan puasa tahun ini BKM Al-Khuwarizmi akan mengadakan diskusi dan tausyiah yang akan dilaksanakan pada :
Tanggal : 19 Agustus 2010
Waktu : Pukul 17:00 s/d selesai
Pembicara : Ustadz Drs.Azhari Akmal Tarigan M.Ag
Tempat : Mushalla Al-Khuwarizmi
Kegiatan :
Tausiah dan diskusi
Buka Puasa Bersama
Sholat magrib Berjamaah
Sholat Isya’ Berjamaah
Tausiah
Solat Taraweh & witir Berjamaah
Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi :
CP : Arbi 08566206540
Marhaban Yaa Ramadhan,
dalam menyambut bulan puasa tahun ini BKM Al-Khuwarizmi akan mengadakan diskusi dan tausyiah yang akan dilaksanakan pada :
Tanggal : 19 Agustus 2010
Waktu : Pukul 17:00 s/d selesai
Pembicara : Ustadz Drs.Azhari Akmal Tarigan M.Ag
Tempat : Mushalla Al-Khuwarizmi
Kegiatan :
Tausiah dan diskusi
Buka Puasa Bersama
Sholat magrib Berjamaah
Sholat Isya’ Berjamaah
Tausiah
Solat Taraweh & witir Berjamaah
Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi :
CP : Arbi 08566206540
Kamis, 12 Agustus 2010
Selasa, 10 Agustus 2010
SAMBAS 2010 BKM AL-KHUWARIZMI USU 2010
Assalamualaikum wr. Wb..
Alhamdulillah...mungkin kataitu yang akhi/ukhti ucapkan setelah selesai OSPEK dan Malam Keakraban. Tapi seklai lagi alhamdulillah karena selain disambut dengan OSPEK dan Malam Keakraban kehadiran akhi/ukhti di USU disambut juga dengan Hadirnya Bulan Ramadhan 1431 H. subhanallah semoga kita menjadi umat-umat terbaik dan mendapatkan yang terbaik pula dari Allah SWT.
SAMBAS 2010...apa itu? mungkin tanda tanya besar bagi akhi/ukhti... ya SAMBAS adalah SAMBUT MAHASISWA BARU MUSLIM Tahun 2010 merupakan sambutan bagi mahasiswa baru yang beragama Islam oleh Badan Kenaziran Mushalla Al-Khuwarizmi Departemen Ilmu Komputer FMIPA USU. Memang dahulu nama SAMBAS adalah PMBM ( Penyambutan Mahasiswa Baru Muslim), SAMBAS meruapakan kegiatan pengenalan BKM dan sosialisasi Mentoring Mata Kulia Agama Islam bagi mahasiswa baru wajib mengikuti SAMBAS dan Mentoring.
Kegiatan ini terdiri dari Tausyiah oleh Ustad kondang dan selayang pandang tentang BKM Al-Khuwarizmi dari ketua umu BKM periode 2010. Acaranya pasti seru lo... pastikan akhi/ukhti mengikuti kegiatan ini. selain itu juga akan dibentuk panitia Buka Puasa Bersama Mahasiswa Muslim Departemen Ilmu Komputer Tahun 1431 H. Buka Puasa ini meruapakan acara tahunan oleh BKM Al-Khuwarimzi untuk mahasiswa baru. Sekali lagi akhi/ukhti juga harus ikutan dan menjadi panitia ya...
ada info penting juga nih... sehubungan adanya DAKWAH EXPO 3 tahun 2010, akhi ukhti diwajibkan juga mengikuti DAKWAH EXPO 3 yang diadakan oleh LDK UKMI Ad-Dakwah USU. Tahun lalu Salim Afilah Ustad sekaligus Penulis Buku, kejutan dan siapa ya yang di undang tahun ini... pastinya seru dan dat menambah relasi juga, karena pesertanya mahasiswa baru se kawasan USU...sekalian buka puasa bersama bareng mahasiswa baru.
Semoga Allah meridhoi dan menerima amal baik kita...
Wasalamualaikum Wr.Wb
Bidang PA BKM Al-Khuwarizmi USU
Alhamdulillah...mungkin kataitu yang akhi/ukhti ucapkan setelah selesai OSPEK dan Malam Keakraban. Tapi seklai lagi alhamdulillah karena selain disambut dengan OSPEK dan Malam Keakraban kehadiran akhi/ukhti di USU disambut juga dengan Hadirnya Bulan Ramadhan 1431 H. subhanallah semoga kita menjadi umat-umat terbaik dan mendapatkan yang terbaik pula dari Allah SWT.
SAMBAS 2010...apa itu? mungkin tanda tanya besar bagi akhi/ukhti... ya SAMBAS adalah SAMBUT MAHASISWA BARU MUSLIM Tahun 2010 merupakan sambutan bagi mahasiswa baru yang beragama Islam oleh Badan Kenaziran Mushalla Al-Khuwarizmi Departemen Ilmu Komputer FMIPA USU. Memang dahulu nama SAMBAS adalah PMBM ( Penyambutan Mahasiswa Baru Muslim), SAMBAS meruapakan kegiatan pengenalan BKM dan sosialisasi Mentoring Mata Kulia Agama Islam bagi mahasiswa baru wajib mengikuti SAMBAS dan Mentoring.
Kegiatan ini terdiri dari Tausyiah oleh Ustad kondang dan selayang pandang tentang BKM Al-Khuwarizmi dari ketua umu BKM periode 2010. Acaranya pasti seru lo... pastikan akhi/ukhti mengikuti kegiatan ini. selain itu juga akan dibentuk panitia Buka Puasa Bersama Mahasiswa Muslim Departemen Ilmu Komputer Tahun 1431 H. Buka Puasa ini meruapakan acara tahunan oleh BKM Al-Khuwarimzi untuk mahasiswa baru. Sekali lagi akhi/ukhti juga harus ikutan dan menjadi panitia ya...
ada info penting juga nih... sehubungan adanya DAKWAH EXPO 3 tahun 2010, akhi ukhti diwajibkan juga mengikuti DAKWAH EXPO 3 yang diadakan oleh LDK UKMI Ad-Dakwah USU. Tahun lalu Salim Afilah Ustad sekaligus Penulis Buku, kejutan dan siapa ya yang di undang tahun ini... pastinya seru dan dat menambah relasi juga, karena pesertanya mahasiswa baru se kawasan USU...sekalian buka puasa bersama bareng mahasiswa baru.
Semoga Allah meridhoi dan menerima amal baik kita...
Wasalamualaikum Wr.Wb
Bidang PA BKM Al-Khuwarizmi USU
Minggu, 01 Agustus 2010
Persiapan Menyambut Ramadhan Secara Maksimal
Persiapan Menyambut Ramadhan Secara Maksimal
Hudzaifah.org - Ramadhan adalah bulan penuh berkah, penuh berkah dari semua sisi kebaikan. Oleh karena itu, umat Islam harus mengambil keberkahan Ramadhan dari semua aktifitas positif dan dapat memajukan Islam dan umat Islam. Termasuk dari sisi ekonomi, sosial, budaya dan pemberdayaan umat. Namun demikian semua aktifitas yang positif itu tidak sampai mengganggu kekhusu’an ibadah ramadhan terutama di 10 terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan bulan puasa sebagai bulan penuh amaliyah dan aktivitas positif. Selain yang telah tergambar seperti tersebut di muka, beliau juga aktif melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan. Rasulullah saw. menikahkan putrinya (Fathimah) dengan Ali RA, menikahi Hafsah dan Zainab.
Persiapan Mental
Persiapan mental untuk puasa dan ibadah terkait lainnya sangat penting. Apalagi pada saat menjelang hari-hari terakhir, karena tarikan keluarga yang ingin belanja mempersiapkan hari raya, pulang kampung dll, sangat mempengaruhi umat Islam dalam menunaikan kekhusu’an ibadah Ramadhan. Dan kesuksesan ibadah Ramadhan seorang muslim dilihat dari akhirnya. Jika akhir Ramadhan diisi dengan i’tikaf dan taqarrub yang lainnya, maka insya Allah dia termasuk yang sukses dalam melaksanakan ibadah Ramadhan.
Persiapan ruhiyah (spiritual)
Persiapan ruhiyah dapat dilakukan dengan memperbanyak ibadah, seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an saum sunnah, dzikir, do’a dll. Dalam hal mempersiapkan ruhiyah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan kepada umatnya dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan ‘Aisyah ra. berkata:” Saya tidak melihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban” (HR Muslim).
Persiapan fikriyah
Persiapan fikriyah atau akal dilakukan dengan mendalami ilmu, khususnya ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan. Banyak orang yang berpuasa tidak menghasilan kecuali lapar dan dahaga. Hal ini dilakukan karena puasanya tidak dilandasi dengan ilmu yang cukup. Seorang yang beramal tanpa ilmu, maka tidak menghasilkan kecuali kesia-siaan belaka.
Persiapan Fisik dan Materi
Seorang muslim tidak akan mampu atau berbuat maksimal dalam berpuasa jika fisiknya sakit. Oleh karena itu mereka dituntut untuk menjaga kesehatan fisik, kebersihan rumah, masjid dan lingkungan. Rasulullah mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa di bawah ini :
• Menyikat gigi dengan siwak (HR. Bukhori dan Abu Daud).
• Berobat seperti dengan berbekam (Al-Hijamah) seperti yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
• Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat Abdullah ibnu Mas’ud ra, agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut. (HR. Al-Haitsami).
Sarana penunjang yang lain yang harus disiapkan adalah materi yang halal untuk bekal ibadah Ramadhan. Idealnya seorang muslim telah menabung selama 11 bulan sebagai bekal ibadah Ramadhan. Sehingga ketika datang Ramadhan, dia dapat beribadah secara khusu’ dan tidak berlebihan atau ngoyo dalam mencari harta atau kegiatan lain yang mengganggu kekhusu’an ibadah Ramadhan.
Merencanakan Peningkatan Prestasi Ibadah (Syahrul Ibadah)
Ibadah Ramadhan dari tahun ke tahun harus meningkat. Tahun depan harus lebih baik dari tahun ini, dan tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu. Ibadah Ramadhan yang kita lakukan harus dapat merubah dan memberikan output yang positif. Perubahan pribadi, perubahan keluarga, perubahan masyarakat dan perubahan sebuah bangsa. Allah SWT berfirman : « Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri » (QS AR- Ra’du 11). Diantara bentuk-bentuk peningkatan amal Ibadah seorang muslim di bulan Ramadhan, misalnya; peningkatan, ibadah puasa, peningkatan dalam tilawah Al-Qur’an, hafalan, pemahaman dan pengamalan. Peningkatan dalam aktifitas sosial, seperti: infak, memberi makan kepada tetangga dan fakir-miskin, santunan terhadap anak yatim, beasiswa terhadap siswa yang membutuhkan dan meringankan beban umat Islam. Juga merencanakan untuk mengurangi pola hidup konsumtif dan memantapkan tekad untuk tidak membelanjakan hartanya, kecuali kepada pedagang dan produksi negeri kaum muslimin, kecuali dalam keadaan yang sulit (haraj).
Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrut Taubah (Bulan Taubat)
Bulan Ramadhan adalah bulan dimana syetan dibelenggu, hawa nafsu dikendalikan dengan puasa, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka. Sehingga bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat kondusif untuk bertaubat dan memulai hidup baru dengan langkah baru yang lebih Islami. Taubat berarti meninggalkan kemaksiatan, dosa dan kesalahan serta kembali kepada kebenaran. Atau kembalinya hamba kepada Allah SWT, meninggalkan jalan orang yang dimurkai dan jalan orang yang sesat.
Taubat bukan hanya terkait dengan meninggalkan kemaksiatan, tetapi juga terkait dengan pelaksanaan perintah Allah. Orang yang bertaubat masuk kelompok yang beruntung. Allah SWT. berfirman: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS An-Nuur 31).
Oleh karena itu, di bulan bulan Ramadhan orang-orang beriman harus memperbanyak istighfar dan taubah kepada Allah SWT. Mengakui kesalahan dan meminta ma’af kepada sesama manusia yang dizhaliminya serta mengembalikan hak-hak mereka. Taubah dan istighfar menjadi syarat utama untuk mendapat maghfiroh (ampunan), rahmat dan karunia Allah SWT. “Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (QS Hud 52)
Menjadikan bulan Ramadhan sebagai Syahrut Tarbiyah, Da’wah
Bulan Ramadhan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para da’i dan ulama untuk melakukan da’wah dan tarbiyah. Terus melakukan gerakan reformasi (harakatul ishlah). Membuka pintu-pintu hidayah dan menebar kasih sayang bagi sesama. Meningkatkan kepekaan untuk menolak kezhaliman dan kemaksiatan. Menyebarkan syiar Islam dan meramaikan masjid dengan aktifitas ta’lim, kajian kitab, diskusi, ceramah dll, sampai terwujud perubahan-perubahan yang esensial dan positif dalam berbagai bidang kehidupan. Ramadhan bukan bulan istirahat yang menyebabkan mesin-mesin kebaikan berhenti bekerja, tetapi momentum tahunan terbesar untuk segala jenis kebaikan, sehingga kebaikan itulah yang dominan atas keburukan. Dan dominasi kebaikan bukan hanya dibulan Ramadhan, tetapi juga diluar Ramadhan.
Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrul Muhasabah (Bulan Evaluasi)
Dan terakhir, semua ibadah Ramadhan yang telah dilakukan tidak boleh lepas dari muhasabah atau evaluasi. Muhasabah terhadap langkah-langkah yang telah kita perbuat dengan senantiasa menajamkan mata hati (bashirah), sehingga kita tidak menjadi orang/kelompok yang selalu mencari-cari kesalahan orang/kelompok lain tanpa mau bergeser dari perbuatan kita sendiri yang mungkin jelas kesalahannya. Semoga Allah SWT senantiasa menerima shiyam kita dan amal shaleh lainnya dan mudah-mudahan tarhib ini dapat membangkitkan semangat beribadah kita sekalian sehingga membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia yang lebih baik, lebih aman, lebih adil dan lebih sejahtera. Dan itu baru akan terwujud jika bangsa ini yang mayoritasnya adalah umat Islam kembali kepada Syariat Allah. []
Sumber : Panduan Ibadah Ramadhan, Iman Santoso, Lc.
Hudzaifah.org - Ramadhan adalah bulan penuh berkah, penuh berkah dari semua sisi kebaikan. Oleh karena itu, umat Islam harus mengambil keberkahan Ramadhan dari semua aktifitas positif dan dapat memajukan Islam dan umat Islam. Termasuk dari sisi ekonomi, sosial, budaya dan pemberdayaan umat. Namun demikian semua aktifitas yang positif itu tidak sampai mengganggu kekhusu’an ibadah ramadhan terutama di 10 terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan bulan puasa sebagai bulan penuh amaliyah dan aktivitas positif. Selain yang telah tergambar seperti tersebut di muka, beliau juga aktif melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan. Rasulullah saw. menikahkan putrinya (Fathimah) dengan Ali RA, menikahi Hafsah dan Zainab.
Persiapan Mental
Persiapan mental untuk puasa dan ibadah terkait lainnya sangat penting. Apalagi pada saat menjelang hari-hari terakhir, karena tarikan keluarga yang ingin belanja mempersiapkan hari raya, pulang kampung dll, sangat mempengaruhi umat Islam dalam menunaikan kekhusu’an ibadah Ramadhan. Dan kesuksesan ibadah Ramadhan seorang muslim dilihat dari akhirnya. Jika akhir Ramadhan diisi dengan i’tikaf dan taqarrub yang lainnya, maka insya Allah dia termasuk yang sukses dalam melaksanakan ibadah Ramadhan.
Persiapan ruhiyah (spiritual)
Persiapan ruhiyah dapat dilakukan dengan memperbanyak ibadah, seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an saum sunnah, dzikir, do’a dll. Dalam hal mempersiapkan ruhiyah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan kepada umatnya dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan ‘Aisyah ra. berkata:” Saya tidak melihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban” (HR Muslim).
Persiapan fikriyah
Persiapan fikriyah atau akal dilakukan dengan mendalami ilmu, khususnya ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan. Banyak orang yang berpuasa tidak menghasilan kecuali lapar dan dahaga. Hal ini dilakukan karena puasanya tidak dilandasi dengan ilmu yang cukup. Seorang yang beramal tanpa ilmu, maka tidak menghasilkan kecuali kesia-siaan belaka.
Persiapan Fisik dan Materi
Seorang muslim tidak akan mampu atau berbuat maksimal dalam berpuasa jika fisiknya sakit. Oleh karena itu mereka dituntut untuk menjaga kesehatan fisik, kebersihan rumah, masjid dan lingkungan. Rasulullah mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa di bawah ini :
• Menyikat gigi dengan siwak (HR. Bukhori dan Abu Daud).
• Berobat seperti dengan berbekam (Al-Hijamah) seperti yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
• Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat Abdullah ibnu Mas’ud ra, agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut. (HR. Al-Haitsami).
Sarana penunjang yang lain yang harus disiapkan adalah materi yang halal untuk bekal ibadah Ramadhan. Idealnya seorang muslim telah menabung selama 11 bulan sebagai bekal ibadah Ramadhan. Sehingga ketika datang Ramadhan, dia dapat beribadah secara khusu’ dan tidak berlebihan atau ngoyo dalam mencari harta atau kegiatan lain yang mengganggu kekhusu’an ibadah Ramadhan.
Merencanakan Peningkatan Prestasi Ibadah (Syahrul Ibadah)
Ibadah Ramadhan dari tahun ke tahun harus meningkat. Tahun depan harus lebih baik dari tahun ini, dan tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu. Ibadah Ramadhan yang kita lakukan harus dapat merubah dan memberikan output yang positif. Perubahan pribadi, perubahan keluarga, perubahan masyarakat dan perubahan sebuah bangsa. Allah SWT berfirman : « Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri » (QS AR- Ra’du 11). Diantara bentuk-bentuk peningkatan amal Ibadah seorang muslim di bulan Ramadhan, misalnya; peningkatan, ibadah puasa, peningkatan dalam tilawah Al-Qur’an, hafalan, pemahaman dan pengamalan. Peningkatan dalam aktifitas sosial, seperti: infak, memberi makan kepada tetangga dan fakir-miskin, santunan terhadap anak yatim, beasiswa terhadap siswa yang membutuhkan dan meringankan beban umat Islam. Juga merencanakan untuk mengurangi pola hidup konsumtif dan memantapkan tekad untuk tidak membelanjakan hartanya, kecuali kepada pedagang dan produksi negeri kaum muslimin, kecuali dalam keadaan yang sulit (haraj).
Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrut Taubah (Bulan Taubat)
Bulan Ramadhan adalah bulan dimana syetan dibelenggu, hawa nafsu dikendalikan dengan puasa, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka. Sehingga bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat kondusif untuk bertaubat dan memulai hidup baru dengan langkah baru yang lebih Islami. Taubat berarti meninggalkan kemaksiatan, dosa dan kesalahan serta kembali kepada kebenaran. Atau kembalinya hamba kepada Allah SWT, meninggalkan jalan orang yang dimurkai dan jalan orang yang sesat.
Taubat bukan hanya terkait dengan meninggalkan kemaksiatan, tetapi juga terkait dengan pelaksanaan perintah Allah. Orang yang bertaubat masuk kelompok yang beruntung. Allah SWT. berfirman: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS An-Nuur 31).
Oleh karena itu, di bulan bulan Ramadhan orang-orang beriman harus memperbanyak istighfar dan taubah kepada Allah SWT. Mengakui kesalahan dan meminta ma’af kepada sesama manusia yang dizhaliminya serta mengembalikan hak-hak mereka. Taubah dan istighfar menjadi syarat utama untuk mendapat maghfiroh (ampunan), rahmat dan karunia Allah SWT. “Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (QS Hud 52)
Menjadikan bulan Ramadhan sebagai Syahrut Tarbiyah, Da’wah
Bulan Ramadhan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para da’i dan ulama untuk melakukan da’wah dan tarbiyah. Terus melakukan gerakan reformasi (harakatul ishlah). Membuka pintu-pintu hidayah dan menebar kasih sayang bagi sesama. Meningkatkan kepekaan untuk menolak kezhaliman dan kemaksiatan. Menyebarkan syiar Islam dan meramaikan masjid dengan aktifitas ta’lim, kajian kitab, diskusi, ceramah dll, sampai terwujud perubahan-perubahan yang esensial dan positif dalam berbagai bidang kehidupan. Ramadhan bukan bulan istirahat yang menyebabkan mesin-mesin kebaikan berhenti bekerja, tetapi momentum tahunan terbesar untuk segala jenis kebaikan, sehingga kebaikan itulah yang dominan atas keburukan. Dan dominasi kebaikan bukan hanya dibulan Ramadhan, tetapi juga diluar Ramadhan.
Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrul Muhasabah (Bulan Evaluasi)
Dan terakhir, semua ibadah Ramadhan yang telah dilakukan tidak boleh lepas dari muhasabah atau evaluasi. Muhasabah terhadap langkah-langkah yang telah kita perbuat dengan senantiasa menajamkan mata hati (bashirah), sehingga kita tidak menjadi orang/kelompok yang selalu mencari-cari kesalahan orang/kelompok lain tanpa mau bergeser dari perbuatan kita sendiri yang mungkin jelas kesalahannya. Semoga Allah SWT senantiasa menerima shiyam kita dan amal shaleh lainnya dan mudah-mudahan tarhib ini dapat membangkitkan semangat beribadah kita sekalian sehingga membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia yang lebih baik, lebih aman, lebih adil dan lebih sejahtera. Dan itu baru akan terwujud jika bangsa ini yang mayoritasnya adalah umat Islam kembali kepada Syariat Allah. []
Sumber : Panduan Ibadah Ramadhan, Iman Santoso, Lc.
Pro & Kontra Ramadhan Fair ke VII 2010
Pro & Kontra Ramadhan Fair ke VII 2010
Pemerintah Kota (Pemko) Medan kembali akan menggelar kegiatan Ramadhan Fair di kawasan Masjid Raya Medan pada 14 Agustus 2010 dan akan berakhir pada 10 September 2010 mendatang. Kegiatan Ramadhan Fair yang digelar tahun 2010 ini merupakan kegiatan Ramadhan Fair ke VII.
Untuk pelaksanaan Ramadhan Fair tahun 2010 yang mengalokasikan anggaran Rp 2,5 miliar ini, Dinas Pariwisata Kota Medan berencana akan menonjolkan nuansa religi yang lebih tinggi. Sehingga diharapkan dalam perhelatan tahunan tersebut masyarakat muslim Kota Medan akan dimanjakan dengan Festival Budaya Islami.
Kegiatan yang telah menjadi agenda tahunan ini kabarnya akan lebih difokuskan pada kegiatan yang menggugah keimanan, dan diharapkan kehadirannya jauh lebih baik dari tahun sebelumnya. Dalam kegiatan tersebut direncanakan akan mengelar lima festival, salah satunya festival band remaja.
Namun sayangnya, kegiatan Ramadhan Fair tahun 2010 ini mulai mengundang pro dan kontra. Pasalnya, kegiatan yang menyedot APBD Medan miliaran rupiah ini dinilai sejumlah pihak tidak bermanfaat, sekaligus membuang anggaran. Disamping itu juga agenda tahunan ini dinilai mengganggu kekhusukan pelaksanakan ibadah.
Ketua DPRD Medan Ikrimah Hamidy misalnya, beranggapan Ramadhan Fair menjadi ajang korupsi oleh sejumlah oknum pejabat Pemo Medan. Karena itu, ia mengusulkan agar pelaksanaan Ramadhan Fair sebaiknya dirubah, tidak tersentralisasi, atau lebih baik dilaksanakan menyebar di setiap kecamatan.
Pelaksanaan Ramadhan Fair, katanya, akan lebih menyentuh jika dilakukan secara menyebar, dimana pihak kecamatan ikut berperan dalam pelaksanaannya dengan turun ke masjid-masjid. Begitu pula model pelaksanaan Ramadhan Fair jangan dilaksanakan dengan gebyar-gebyar, melainkan harus menyentuh nilai religius.
Sementara pengamat ekonomi dari Universitas Sumatera Utara (USU), Jhon Tafbu Ritonga, menilai pelaksanaan Ramadhan Fair yang akan dimulai dari awal hingga akhir bulan puasa hanya akan membuat untung artis ibukota dari pada pedagang yang berjualan di arena tersebut. Jhon Tafbu juga menyayangkan adanya peran event organizer (EO) dari luar Medan untuk menggarap proyek Ramadhan Fair ini. Seharusnya, pengerjaan proyek Ramadhan Fair dapat dikerjakan oleh orang-orang Medan sendiri, tanpa campur tangan dari pihak dari luar kota Medan.
Terlepas dari pro dan kontra dari sejumlah pihak terhadap penyelenggaraan Ramadhan Fair tahun 2010 ini, mungkin tak ada salahnya kita pun harus mendengar apresiasi masyarakat Kota Medan sendiri. Benarkah masyarakat di kota ini, khususnya umat Muslim merasa tak perlu diadakan Ramadhan Fair tersebut?
Jawabnya, bisa iya, tapi bisa juga tidak. Sebab, sebagaimana kita ketahui, selama ini setiap dilangsungkannya Ramadhan Fair, pengunjung yang datang selalu padat dan ramai. Bukan hanya ketika waktu berbuka puasa, tapi juga setelah selesai acara berbuka puasa hingga saat sahur.
Artinya, masyarakat sepertinya menikmati kegiatan Ramadhan Fair ini. Di antaranya ada yang memang untuk beribadah, ada untuk bersilaturrahmi dengan mengajak keluarga dan teman-teman berbuka puasa dan sahur bersama, atau juga ada yang datang ingin menikmati hiburan dengan keadiran artis ibukota yang menampilkan lagu-lagu bernuansa Islami.
Dengan demikian, mungkin kita lebih sepakat jika pelaksanaan Ramadhan Fair ke VII masih perlu dilaksanakan. Yang perlu diatasi adalah perilaku korupsi dari kegiatan tersebut dan oknum-oknum yang melakukannya.(Kardopa.co.id)
Langganan:
Postingan (Atom)